Senin, 17 Mei 2010

MEMILI BIBIT SAPI PERAH

BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang
Pembibitan sapi perah saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Kebijakan pengembangan usaha pembibitan sapi perah diarahkan pada suatu kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditi lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi perah yang baik (Good breeding practice). Standarisasi bibit sapi kredit usaha pembibitan sapi atau disebut KUPS dapat membantu dalam proses pengadaan sapi tersebut, tentunya dengan jaminan kualitas.
Tujuan
Untuk mengetahui cara memilih ternak perah yang baik dan unggul.
Untuk mengetahui standarisasi pemilihan bibit sapi perah

Manfaat
Bangsa sapi perah
Sapi Perah Fries Holland
Sunday, March 14, 2010
By Rochadi Tawaf

Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya. Salah satu bangsa sapi perah yang terkenal adalah Sapi perah Fries Holland (FH). Sapi ini berasal dari Eropa, yaitu Belanda (Nederland), tepatnya di Provinsi Holland Utara dan Friesian Barat, sehingga sapi bangsa ini memiliki nama resmi Fries Holland dan sering disebut Holstein atau Friesian saja (Foley, dkk., 1973; Williamson dan Payne. 1993).
Sapi FH mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis sapi lainnya yaitu :
Bulunya berwarna hitam dengan bercak putih.
Bulu ujung ekor berwarna putih.
Bulu bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas turun ke bawah.
Mempunyai ambing yang kuat dan besar.
Kepala panjang dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan.
Pada jenis Brown Holstein, bulunya berwarna cokelat atau merah dengan putih (Foley dkk., 1973; Ensminger, 1980; dan Makin dkk., 1980).
Sapi FH merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu tertinggi dengan kadar lemak lebih rendah dibandingkan bangsa sapi perah lainya. Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000 kg//ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi (Arbel dkk., 2001).

Cara memelih bibit
Memilih ternak sapi perah dilakukan dengan tujuan untuk memilih bibit yang ideal. Cara yang umum dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan pada kondisi dan postur tubuh sapi. Pengamatan yang dilakukan ini harus didasari oleh : pengetahuan, ketrampilan, rasa percaya diri serta komunikasi dengan sesama praktisi.
Oleh sebab itu, untuk menilai ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari tubuh sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya, bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan dihasilkannya. Kondisi bagian-bagian tubuh tersebut diantaranya:
Kepala : Kepala harus atraktif dengan lubang hidung yang besar. Hal ini dapat menggambarkan tentang banyaknya pakan yang bisa dikonsumsi serta udara yang bisa dihirup melalui nafasnya. Mata harus tajam dan telinga berukuran sedang. Umumnya kepala harus halus dan lebih menunjukkan karakteristik ternak perah daripada ternak potong.

Bahu (Shoulder) : Bahu harus kuat namun tidak kasar serta merata dengan tubuh. Sapi dengan bahu yang tidak rata menandakan kurang kuat dalam menyangga bagian tubuh depan sapi.
Punggung : Punggung harus lurus dan kuat. Punggung yang lemah menandakan lemahnya tubuh secara umum
.
Bokong / Rump dan pangkal paha (Thurl) : Bokong dan pangkal paha harus panjang dan kuat untuk menahan tubuh dan ambing. Sapi harus memiliki tulang pinggul (hips) dan tulang duduk (pin bones) untuk kapasitas yang lebih besar dan kemudahan dalam beranak. Ekor harus ramping dan pangkal ekor harus berpadu dengan rapi pada bokong.

Kaki Sapi: Kaki harus lurus, kuat, cukup lebar untuk menyangga ambing yang lebih besar, serta memiliki sudut yang tepat untuk melangkah.
Pundak (withers): Pundak harus tajam melebihi bagian atas punggung. Hal ini menandakan tidak adanya lemak dan sering kali diindikasikan sebagai penghasil susu yang baik. Kulit harus tipis, lepas, dan lentur.
Body Capacity : mengacu pada kapasitas yang berhubungan dengan kerangka tubuh. Sapi dengan body capacity yang bagus memiliki lingkar dada dan lingkar perut yang luas. Saat menilai ternak ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang badan, lebar dan dalam dada sapi.

Ambing : Ambing harus besar. Ini menandakan adanya sejumlah jaringan sekresi susu. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing harus baik perlekatannya pada perut untuk mencegah terjadinya luka pada ambing dan agar mudah beradaptasi dengan penggunaan alat mesin perah modern. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang, panjangnya sedang melekat pada perut. Puting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan.

Persyaratan Teknis Minimal Bibit Sapi Perah Indonesia.
@ Kualitatif
Secara umum
Mempunyai silsilah (pedigree) sampai 2 generasi diatasnya untuk bibit dasar dan bibit induk;
Mempunyai silsilah (pedigree) minimum 1 generasi di atasnya untuk bibit sebar;
Bebas dari penyakit menular;
Tidak memiliki cacat fisik, alat reproduksi normal, bentuk ideal (tipe sapi perah), struktur kaki dan kuku kuat;
Tanduk di dehorning

Betina :
Warna bulu hitam putih/merah putih sesuai karakteristik sapi perah;
Ambing : simetris pertautan luas kuat, bentuk tidak menggantung, jumlah puting 4, bentuk dan fungsi puting normal;
Bukan dari kelahiran kembar jantan dan betina ( free martin).
Berdasarkan kemampuan produksi susu tetuanya.
Jantan calon pejantan :
Warna bulu hitam putih / merah putih sesuai karakteristik sapi perah;
Mempunyai kartu identifikasi;
Mempunyai silsilah.
Lingkar scrotum minimum 32 cm
@ Kuantitatif
Betina umur 15 – 20 bulan Tinggi
pundak minimal 115 cm;
Berat badan minimal 300kg;
Lingkar dada minimal 155 cm.
Bibit dasar produksi susu induk (305 hari) > 6.000kg;
Bibit induk produksi susu induk (305 hari) ≥5.000 – 6.000 kg;
Bibit sebar produksi susu induk (305 hari) ≥ 4.000 – 5.000 kg.
Kadar lemak ≥ 3,5 %
Umur minimum 18 bulan;
Tinggi pundak minimum 134 cm;
Berat badan minimum 480 kg






Daftar pustaka
Rochadi Tawaf 2010 Pemberian Pakan Pedet Baru Lahir (online) tersedia dihttp://duniasapi.com/abrianto-wahyu-wibisono

Sapi Perah Fries Holland
Sunday, March 14, 2010
By Rochadi Tawaf
CARA MEMILIH SAPI PERAH
Saturday, March 20, 2010
By Rochadi Tawaf
Yuari Trantono, S.Pt., M.Sc.standarisasi pememilihan bibit sapi perah http://ternakonline.wordpress.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar